Siswa SD Inpres di Bone Setiap Kesekolah Bawa Parang, Ini Alasannya -->

 


Translate


Siswa SD Inpres di Bone Setiap Kesekolah Bawa Parang, Ini Alasannya

Senin, 13 Juni 2022


Bone, Mitrabuser.com, - Namanya Yudding. Umurnya 12 tahun. Bocah lelaki ini lahir dan tumbuh di lereng Gunung Camara, Desa Tapong, Kecamatan Tellulimpoe, KabupatenBone, Provinsi Sulawesi Selatan.


Dia bersekolah di SD Inpres 5/81 Tapong dengan jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar 7 kilometer yang menembus hutan yang tak dapat dilalui kendaraan.


Tak ayal jika Yudding harus berangkat ke sekolah saat pagi buta sambil menenteng sebilah parang.


"Kalau bawa parang memang biasa, karena mereka lewat hutan pada subuh hari.


(Parang) Itu buat jaga-jaga, jangan sampai (ketemu) binatang buas," ujar Kepala Desa Tapong, Ridwan, Minggu (12/6/2022), dikutip dari detikSulsel.


Ridwan mengatakan, ada empat pelajar dari lereng Gunung Camara di desanya yang tiap hari berangkat ke sekolah dengan jalan kaki.


"Biasa mereka berangkat jam 2 atau jam 3 subuh untuk sampai tepat waktu di sekolah," ujar Ridwan.


Jarak sekitar 7 kilometer yang ditempuh Yudding dan tiga pelajar lain dari permukimannya itu tidak terhampar pada medan yang datar.


"Susah diakses kendaraan, karena lereng (gunung). Sementara, Ini masih saya rintis untuk jalannya," jelas Ridwan.


Walhasil, tak jarang jika Yudding terkadang terpaksa bolos sekolah.


Menurut Ridwan, alasan Yudding bolos pun dimaklumi oleh pihak sekolah.


"Biasanya datang (ke sekolah) hanya empat kali seminggu. Kecuali pada saat ujian," imbuh Ridwan.


Pernyataan Ridwan diamini oleh Kepala SD Inpres 5/81 Tapong, Saharudding. Saharudding mengatakan, ada empat siswanya yang tinggal di lereng Gunung Camara.


"Memang itu (lereng Gunung Camara) jauh sekali tempatnya dari sekolah. Paling rajin kalau datang empat kali seminggu. 


"Kalau hujan banyak sekali sungai dilewati. Dimaklumi saja," kata Saharudding dikutip dari detikSulsel.


Saharudding menambahkan, biasanya orang tua siswa datang ke sekolah untuk melapor bahwa anaknya tidak bisa berangkat.


Alih-alih mempermasalahkan, pihak sekolah justru memberi beberapa keringanan.


"Kalau lagi ulangan, Pak RT biasanya yang bawakan soal ulangan ke rumahnya," ujar Saharudding. (dtk)