Perspektif Pembangunan Muna Barat -->

 


Translate


Perspektif Pembangunan Muna Barat

Sabtu, 31 Oktober 2020



Muna Barat  (Sultra), Mitrabuser.com, -Sahabat" tahukah anda, Muna Barat di tahun 2015 kebawah kondisi infrastruktur jalan dan jembatannya sangat buruk.


Bagi sahabat, yang sering berkunjung ke Muna Barat pastilah mengetahui kondisi itu.


Jalur "ring road" Kota Laworo yang saat ini, jalur existingnya memang sudah ada, namun sangat sempit dan penuh kubangan disepanjang jalur yang memanjang berpangkal dari wuna - lafinde - maperaha - guali - lakawoghe -kasakamu - wakoila - waturempe dan berakhir di tiworo.


Disaat itu, jalur ini begitu sangat menyiksa bahkan untuk tembus sampai tiworo butuh waktu yang lama, padahal cuma 27 km saja panjangnya.


Belum lagi kondisi jembatannya, dari 9 jembatan yanga ada saat itu, yang terbilang masih cukup normal untuk dilewati hanya 3 jembatan yakni Jembatan Nihi, Remba dan Guali.


Itupun kondisi plat jembatannya sudah ada kerusakan pada beberapa titiknya, apalagi jika dimusim penghujan sepanjang jalur ini hampir tak pernah absen dari genangan  air yang melanda, Maklumlah Kota Laworo ini adalah daerah yang secara topografi kondisinya cekung mirip wajan dimana hampir disemua wilayahnya banyak daerah rawa dan puluhan kali kecil yang melintasi daerah ini yang mensuplai jalur utama air di Sungai Soga, Remba, Guali, Wadahu, Waturempe dan Tiworo.


Maka sesungguhnya dengan kondisi topografi yang demikian untuk membangun Kota Laworo sebagai kota yang layak pada umumnya membutuhkan nilai investasi pembangunan yang tidak sedikit karena harus mengatasi potensi banjirnya, tanahnya yang labil, sampai ke urusan pembebasan tanahnya.


Untungnya Muna Barat bergerak cepat deliniasi kawasan perkotaannya sudah ada, ditandai dengan pintu gerbang batas kota yang ada di Bakeramba, Guali, Barangka dan Waumere.


Ini sudah dituangkan dalam Perda RTRW No 10 Tahun 2020 untuk masa waktu 2020-2040.


Secara suprastruktur tugas Muna Barat sudah tak berat lagi karena legal standing pembangunannya sudah ada, masyarakat Muna Barat patut bersyukur La Ode M. Rajiun Tumada dan Achmad Lamani telah meninggalkan legacy yang baik bagi daerah yang seumur jagung ini.


Ruang milik jalannya sudah sangat lebar, ring road Laworo saja sudah memiliki RUMIJA minimal 24 m. Ini PRESTASI, apalagi masyarakat dengan suka rela menghibahkan tanah mereka, tanpa diskusi, tanpa gontok gontokan.


Rakyat Muna Barat sangat ikhlas dan menyadari arti penting pembangunan, mereka telah jenuh dengan stagnansi pembangunan yang terjadi selama ini.


Makanya ketika pemerintah meminta keikhlasan mereka menyediakan sedikit dari lahan yang mereka miliki untuk kepentingan jalan, nyaris tak ada polemik sekalipun banyak yang memprovokasi soal itu tapi rakyat tak bergeming.


Bagi mereka jalan tak ada kaitannya dengan merek Politik, jalan itu kepentingan bersama dan hajat hidup orang banyak, terlebih lagi jalan itu adalah amal jariyah, yang pahalanya tak terputus mengalir sampai kapanpun.


Kesadaran sosiologis, kultural dan ruhani masyarakat Muna Barat dalam mendukung pembangunan sungguh patut diapresiasi, tak ada padanannya di Pulau Muna ini bahkan mungkin diwilayah yang lainnya.


Saat ini "mereka" yang tak pernah berbuat di Muna Barat mulai menghakimi garis kebijakan pembangunan yang telah dijalankan selama ini.


Suara suara sumbang bahkan nyinyir terkait ring road tak sedikit muncul diberanda fb dalam diskusi yang selalu berkorelasi dengan konteks politik kekinian.


Kami hargai, atensi mereka terhadap masalah ini, bagi kami ini wajar sepanjang ingin memberikan kontribusi bagi upaya pembangunan di Muna Barat.


Diskursus pembangunan yang beragam akan semakin baik bagi upaya menarik simpul kebijakan pembangunan dimasa akan datang.


Namun bagi "mereka" yang hanya mau menginventarisir soal soal receh dalam pembangunan Muna Barat, maka kami harus ingatkan untuk tak melanjutkan cara itu dalam menarik simpati publik kepada kalian, karena bagi kami apa yang telah diletakkan hari ini sudah cukup baik dan masyarakat telah menyambut itu dengan penuh suka cita, jalan mereka sudah cukup mulus bahkan untuk ke kebun pun sudah tak sulit lagi.


Berkah apa lagi yang tak kami syukuri, ujar salah seorang warga kepada kami. Rakyat tak butuh kantor kantor yang megah, namun tertutup rapat buat rakyatnya dan hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, anggaran yang ada dialokasikan dulu untuk kepentingan yang lebih prioritas yakni mewujudkan konektivitas Muna Barat yang memadai.


Hal itu adalah alasan etisnya. Alasan teknisnya masih banyak asset Muna Barat yang belum memiliki legal standing dikarenakan proses pelimpahan asset yang masih terkatung katung sejak 2015 sampai 2019 yang lalu. Itu pun selesai setelah KPK turun tangan, jika saja KPK tak turun tangan entah sampai kapan masalah asset ini selesai.


Begitu pula lahan yang 250 Ha di Lakalamba itu sebagai lahan ibukota Laworo yang nantinya sebagai tempat pembangunan areal perkantoran adalah daerah rawa yang dipenuhi banyak air dan batas batasnya pun masih diclearkan karena rupanya saat pemekaran Muna Barat resmi batas batas lahan ini belum cukup clear, makanya didelianasi kembali arealnya agar dalam membangun kantor pemerintahan tak lagi bersinggungan dengan masalah lahan, belum lagi untuk pengaturan airnya karena dibutuhkan kanal khusus pada kawasan itu untuk mengalirkan air sehingga tak  ada lagi genangan air dikawasan itu.


Makanya jika kawasan itu diprioritaskan akan semakin menambah waktu bagi rakyat dalam menikmati jalan yang memadai. Oleh karena itu, La Ode M Rajiun Tumada diawal dilantik sebagai Pejabat Bupati Muna Barat membalik logika tadi, dengan mendahulukan jalan sebagai prioritas karena disetiap kunjungannya masyarakat lebih menginginkan jalan ketimbang yang lain.


Muna Barat sudah memulainya dengan baik dan atas pilihan kebijakan yang sudah diambil sebelumnya Pemerintah Pusat pun telah memberikan  apresiasi, buktinya Muna Barat berhasil menjadi daerah otonom bahkan perolehan indikatornya diatas dob lain seumurnya.


Ini adalah awal yang baik, tanggung jawab kita merawatnya dan menumbuhkembangkannya agar Muna Barat dapat bersaing dan maju seperti daerah lainnya di Indonesia.


Dan untuk itu, kita patut berterimakasih kepada La Ode M. Rajiun Tumada dan Achmad Lamani yang telah memberikan contoh yang baik bagi generasi Muna Barat akan datang.


Penulis : Surachman (Koordinator Media Center Pembangunan PUPR Muna Barat)