Soppeng, Mitrabuser.com, Dalam setiap keluarga besar, selalu ada sosok yang menjadi poros nilai. Bagi keluarga besar almarhum Drs. H. Abubakar Subair, poros itu kini telah tiada. Namun, pesan-pesan hidupnya tetap hidup dan terus menjadi penuntun jalan bagi anak-anak dan cucunya.
Pria kelahiran Desa Enrekeng, 31 Desember 1944, itu menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 81 tahun.
Ia dimakamkan pada Selasa, 14 Juli 2025, di Pekuburan Islam Pajalele, Desa Leworeng, Kecamatan Donri-Donri.
Dalam suasana duka itu, mengalir pula kenangan tentang warisan nilai yang pernah ia tanamkan semasa hidup.
Jejak Pendidikan dan Dedikasi
Dibesarkan di Watansoppeng, H. Abubakar mengenyam pendidikan Dasar di kota itu, lalu melanjutkan ke SGA Parepare.
Karier pendidikannya dimulai sebagai guru, lalu menjabat kepala sekolah di SDN 84 Awo Lajo dan SDN 1 Lamappoloware.
Ia kemudian dipercaya menjadi penilik/pengawas Sekolah Dasar, sekaligus menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan Lalabata kabupaten Soppeng.
Tak berhenti di situ, ia juga pernah menjadi Dosen di STIA Algazali Soppeng, serta bersama sahabatnya mendirikan sekolah pertanian di Desa Rompegading pada tahun 1990-an, bukti semangatnya dalam membangun generasi dari berbagai sektor.
Warisan Nilai: Lempu, Tinulu, Tutu
Tiga kata Bugis sederhana yang sarat makna, menjadi pesan yang terus diulang dan diingat oleh anak-anaknya: Lempu (jujur), Tinulu (rajin), dan Tutu (hati-hati).
Nilai-nilai ini menjadi pegangan hidup mereka, sebagaimana diungkapkan oleh putra ketiganya, Herwan, SH., M.Si.:
“Ayah selalu berpesan: jangan pernah tinggalkan kejujuran, harus rajin berusaha, dan selalu berhati-hati dalam bertindak.”
Tak hanya itu, salah satu teladan luar biasa dari almarhum adalah sikap bijaknya dalam urusan harta.
Jauh sebelum wafat, 15 tahun sebelumnya, ia telah membagi harta peninggalannya secara adil kepada anak-anaknya, dalam sebuah surat yang disepakati bersama.
Hidup dalam Kebaikan dan Keteladanan
Almarhum dikenal sebagai sosok yang taat beragama, mudah diajak diskusi, dan selalu mendorong orang di sekitarnya untuk berbuat baik kepada sesama.
Tak heran, banyak sahabat sejawatnya sesama pendidik menyebutnya sebagai motivator bagi para guru di zamannya.
Di balik ketegasan prinsipnya, almarhum adalah ayah yang terbuka dalam komunikasi.
Dari masalah keluarga hingga perkembangan dunia pendidikan, ia gemar berbagi pandangan, memberi nasihat, dan menjadi pendengar yang baik.
Menjadi Inspirasi yang Tak Pernah Padam
Kini, jasadnya memang telah dikebumikan. Namun, pesan hidup dan nilai-nilai yang ia tanamkan tetap tumbuh dalam diri mereka yang pernah disentuh oleh ilmunya.
Bagi keluarga, H. Abubakar Subair bukan hanya seorang ayah, tapi juga guru kehidupan.
Dan bagi masyarakat Soppeng, ia adalah salah satu putra terbaik daerah, yang jejak langkahnya patut dikenang dan diteladani.
(Red)
