Soppeng, Mitrabuser.com, Ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS3N) kembali menjadi sorotan, khususnya pada cabang lomba seni kriya. Para pakar kriya menekankan pentingnya orisinalitas, proses penciptaan, dan penggunaan bahan limbah sebagai aspek utama dalam penilaian karya seni siswa.
Menurut Ir. Hasnawi, M.Sn., pakar kriya dan dosen seni rupa dari Sulawesi Selatan, penilaian seni kriya tidak boleh semata-mata fokus pada hasil akhir, melainkan harus menilai proses kreatif di balik karya tersebut.
“Seni kriya di FLS3N adalah wadah pendidikan karakter. Anak-anak seharusnya didorong untuk mencipta dari bahan-bahan yang sederhana, bahkan dari limbah. Itu yang menunjukkan orisinalitas dan daya cipta mereka,” jelasnya.
Ia menyayangkan masih adanya karya dalam lomba yang menggunakan bahan jadi dari toko, seperti aksesori tempel, pita, atau bunga plastik, yang langsung ditempelkan tanpa proses pengolahan berarti. “Ketika siswa hanya menempelkan bahan jadi, nilai pendidikan dan kreativitasnya rendah. Karya seperti itu harusnya tidak mendapatkan poin tinggi,” tegasnya.
Senada dengan itu, Dr. Rahmat Hidayat, M.Sn., pemerhati pendidikan seni nasional, menyebut bahwa penggunaan bahan limbah tidak hanya menunjukkan kepedulian lingkungan, tetapi juga menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.
“Mengubah limbah menjadi karya adalah proses belajar yang luar biasa. Siswa belajar menyusun konsep, mengeksplorasi bahan, dan mengasah ketekunan. Itulah yang seharusnya jadi roh dalam lomba kriya di FLS3N,” ungkapnya.
Para pakar juga mengimbau agar juri di semua tingkatan, dari kecamatan hingga nasional, memahami betul kriteria penilaian seni kriya.
Mereka berharap juri lebih selektif dan objektif, dengan memberi bobot lebih tinggi pada karya yang benar-benar mencerminkan kreativitas, usaha mandiri, serta pemanfaatan bahan tidak terpakai atau limbah.
Ajang FLS3N bukan hanya panggung prestasi, tetapi juga media pendidikan seni yang sarat nilai. Oleh karena itu, karya seni kriya yang dinilai harus betul-betul mencerminkan semangat belajar, bukan semata hasil tempelan dekoratif.