Pakar Kriya: Karya dari Limbah Lebih Bernilai Dibanding Tempelan Bahan Jadi, Juri FLS3N Didorong Lebih Selektif -->

 


Translate


Pakar Kriya: Karya dari Limbah Lebih Bernilai Dibanding Tempelan Bahan Jadi, Juri FLS3N Didorong Lebih Selektif

Minggu, 04 Mei 2025

Soppeng, Mitrabuser.com Sejumlah pakar seni kriya angkat suara terkait penilaian karya dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS3N), khususnya pada kategori kriya. Senin (5/5/2025). 

Mereka menyoroti kecenderungan peserta yang masih menggunakan bahan jadi dari toko—seperti bunga plastik, hiasan pabrikan, atau aksesori tempel instan—yang dinilai mengurangi nilai kreativitas dan orisinalitas karya.

Menurut Dr. Rahmat Hidayat, M.Sn., pakar seni kriya dan dosen seni rupa, esensi dari seni kriya dalam FLS3N adalah pada kemampuan peserta untuk mengolah bahan sederhana, terutama limbah, menjadi karya bernilai estetis dan fungsional. 

“Karya yang menggunakan limbah menunjukkan bahwa peserta mampu berpikir kreatif, memecahkan masalah bahan, dan menciptakan nilai dari sesuatu yang dianggap tidak berguna. Ini jauh lebih bernilai dibanding menempel barang jadi dari toko,” ungkapnya.

Senada dengan itu, Ir. Hasnawi, M.Sn., pemerhati pendidikan seni di Sulawesi Selatan, juga menekankan pentingnya aspek keberlanjutan dan edukasi lingkungan dalam lomba seni kriya. “Limbah yang disulap menjadi karya seni menunjukkan proses berpikir kritis, daya cipta, dan rasa tanggung jawab sosial siswa. Ini seharusnya menjadi poin penting dalam penilaian,” tegasnya.

Para pakar sepakat bahwa dalam FLS3N, juri harus benar-benar selektif dan memahami proses pembuatan karya, bukan hanya melihat hasil akhirnya. 

“Proses adalah nyawa dalam seni kriya. Siswa yang menggunting, membentuk, menganyam, dan menyusun bahan bekas hingga menjadi produk utuh patut diapresiasi lebih tinggi dibanding peserta yang sekadar menempel pita dan aksesoris jadi,” tambah Rahmat.

Para guru seni di sekolah pun menyambut baik pandangan ini. Mereka berharap ke depan penilaian dalam FLS3N bisa lebih mendorong penggunaan limbah sebagai bahan utama, agar siswa tidak hanya terampil dalam berkarya, tetapi juga memiliki kesadaran lingkungan dan sikap mandiri.

Dengan penilaian yang adil dan mendalam, FLS3N diharapkan menjadi ruang tumbuhnya kreativitas siswa yang sejati, bukan sekadar ajang menghias produk jadi.

(AJS)